Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Daftar Blog Saya

Cinta Laksana Api






Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! (Kidung Agung 8:6)

Kidung Agung barangkali adalah buku yang paling “duniawi” dan manusiawi dalam Alkitab. Banyak orang tak kunjung paham mengapa buku puisi tentang cinta asmara sepasang anak manusia ini harus dimasukkan sebagai bagian Kitab Suci. Isinya sama sekali tak menyinggung pekerjaan atau perkataan Tuhan namun melulu hanya berisi pujian, ungkapan rindu, kegelisahan, dan juga birahi manusia yang sedang kasmaran.

Pertama-tama baiklah kita memahami Tuhan Allah menciptakan kita sebagai manusia yang utuh, yang memiliki kebutuhan dan keinginan psikis selain fisik. Ya, kita butuh dan ingin mencintai-dicintai, memiliki-dimiliki. Kita juga memiliki ketertarikan dan hasrat seksual yang melekat dalam diri kita. Semua itu adalah anugerah Tuhan kepada kita yang sebaiknya kita terima saja dengan syukur dan gembira.

Pengalaman kita khususnya pada masa muda menunjukkan bahwa apa yang diungkapkan oleh Kitab Kidung Agung sungguh-sungguh faktual dan wajar. Perasaan cinta itu memang sangat kuat. Cinta sering laksana api yang dapat membakar dan menghanguskan diri kita. Cinta sering mendorong seseorang melakukan hal-hal yang sulit dan muskyil, melampaui pertimbangan akal, nekad atau bahkan dianggap konyol oleh orang lain yang tak merasakannya. Karena dipenuhi dan dikuasai cinta, seseorang kadang rela memberikan dan melepaskan segalanya, hanya untuk demi seseorang. Cinta bisa membuat orang tidak tidur, meriang, enggan makan, atau mengigau. Sebaliknya cinta juga bisa membuat orang begitu bahagia dan berbinar, menulis puisi, belajar dan bekerja lebih rajin. Sebab itu orang berkata tentang “mabuk cinta”, “tergila-gila”, atau “sakit asmara”.

Kuatnya perasaan cinta asmara itu dilukiskan oleh penggubah Kidung Agung seperti maut. Maksudnya bisa membuat manusia tidak berkutik, menyerah dan pasrah. Atau laksana api yang membakar dan menghanguskan. Bahkan seperti nyala api Tuhan. Di satu sisi baiklah kita menghayati kekuatan cinta yang luar biasa ini dengan gembira dan takjub, sebagai misteri yang dianugerahkan Allah kepada kita manusia. Cinta itulah yang membuat kita sungguh-sungguh hidup sebagai manusia. Namun di pihak lain, apa yang diungkapkan penulis Kidung Agung ini mengajak kita sadar, siaga dan waspada, sebab cinta asmara itu bisa juga mencelakakan, menyengsarakan dan bahkan mendorong kita melakukan kesalahan yang biasanya baru disadari di hari kemudian. Tuhan juga menganugerahkan kita akal budi dan hati nurani, dan sebagai seorang manusia yang percaya kepada Tuhan kita tetap harus beriman, bermoral dan rasional. Itu artinya betapa pun hebat dan kuatnya cinta itu, kita harus tetap setia kepada Tuhan, memakai akal dan pertimbangan, serta mendengar hati nurani.

Hidup ini tidak semata-mata urusan cinta atau asmara. Selain bercinta atau berasmara-ria kita juga harus belajar, bekerja, bersosial dan berbudaya. Sebab itu kita tidak bisa mengabaikan tugas dan tanggungjawab kita sehari-hari demi cinta. Selanjutnya semakin dewasa kita diajak semakin memurnikan dan merohanikan cinta asmara itu, menemukan makna dan hikmat, dan menjadikan cinta asmara itu sebagai perlambang hubungan kita yang sangat intim, intens dan selalu bergairah dengan Allah Pencipta kita.

Doa:

Ya Allah, terima kasih Engkau menganugerahkan cinta yang begitu besar dan menyala-nyala, atau meluap-luap, kepada orang-orang muda. Kami menerima hasrat cinta dan seksualitas kami sebagai anugerah Tuhan yang sangat mulia dan indah kepada kami manusia. Sertailah anak-anakMu merayakan cinta masa muda mereka, dan tolonglah mereka untuk tetap siaga, sadar dan waspada, agar tidak melakukan kesalahan atau kebodohan yang kelak bakal menjadi penyesalan. Bagi kami yang sudah semakin dewasa, tolong jugalah kami memelihara api cinta kami, agar kami tetap bergairah dan bersemangat dalam hidup ini. Di atas semua ini biarlah kami memakai kekuatan cinta ini untuk menjadi pelajaran yang menjadikan kami lebih arif dan baik. CintaMu abadi dan agung, dan Engkaulah yang paling setia kepada kami, kepadaMulah kami menyerahkan seluruh hidup kami dalam Yesus.

Pdt Daniel Taruli Asi Harahap

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar